BERITA HATI INI : Lorong Menara Kudus, Tempat Paling Dihindari Para Pejabat, Tahukah Anda Sebabnya? Mari Simak
FOKUSDUNIA - MENARA bertoa itu menjulang di samping bangunan masjid tua. Semua dinding menara sekaligus gapuranya terbuat dari tumpukan batu merah berundak, khas bangunan pura, rumah suci umat Hindu. Masjid berarsitektur unik ini hanya dijumpai di Kota Kudus.
Pada bulan Ramadan tahun ini, masjid kuno tersebut banyak didatangi para wisatawan. Tak hanya untuk bersembahyang, para pelancong biasanya memanfaatkan bulan suci untuk berziarah ke makam-makam Wali Songo, termasuk ke makam Sunan Kudus yang terletak di sisi barat masjid tersebut.
BACA JUGA
- 7 Mitos Yang Masih Di Percaya Dan Di Pegang Oleh Masyarakat Kudus Sampai Sekarang
- Asal Usul Pembuatan Menara Kudus
- Berita Kudus : Keajaiban Air Tiga Rasa Dan Makam Syeh Syadzali Rejenu Gunung Muria Daerah Kudus
Ada sebanyak tiga buah gapura di lingkungan masjid, tapi karena renovasi, kini dua buah gapura justru ditempatkan di bagian dalam masjid. Di atas pintu gapura pertama dan kedua, terdapat ukiran kayu bertuliskan bahasa Jawa dengan huruf Arab (rajah), jika diterjemahkan berbunyi "pintu ini dibuat pada zaman pemerintahan Aryo Paninggaran."
Keunikan arsitektur masjid termasuk gapuranya banyak dipuji para wisatawan. Tidak jarang kami menjumpai wisatawan yang meraba-raba dinding dan kayu gapura tersebut. Namun lain halnya dengan sejumlah pejabat yang datang ke masjid ini. Menurut cerita warga setempat, banyak pejabat yang justru miris melewati lorong gapura itu. Mereka khawatir, kedudukannya akan terguncang manakala melewati gapura.
Mitos ini sudah menjadi rahasia umum di masyarakat setempat. Konon, Sunan Kudus yang lihai dalam menyususn strategi peperangan, tidak menyukai orang-orang yang sombong apalagi seorang pejabat yang tidak jujur. Warga mempercayai, apabila seorang pejabat yang tak jujur melewati gerbang itu, maka akan runtuhlah jabatannya. Apalagi jika dia mengenakan seragam dinas. Hingga sekarang mitos tersebut masih dipercaya, karenanya jarang ada pejabat yang berani melewati gerbang ini.
"Biasanya pejabat tinggi jika hendak sholat di masjid ini, ngalahi lewat belakang masjid. Jadi tidak melewati gapura. Kalaupun mereka kebetulan mengenakan seragam dinas, biasanya langsung ganti baju dulu. Sebab sudah banyak yang membuktikannya," ujar Azami, penduduk setempat.
Simbol Akulturasi
Masjid Menara Kudus sebenarnya memiliki nama asli Masjid Al Aqsa. Masjid ini dibangun oleh Sunan kudus sekitar tahun 1549 Masehi atau tahun 956 Hijriah. Melihat bentuk bangunannya, masjid ini justru lebih mirip dengan candi-candi peninggalan Kerajaan Majapahit, seperti Candi Jago di Jawa Timur atau Menara Kukul di Bali.
Bukan tanpa sebab Sunan Kudus membangun masjid yang mengadopsi bangunan Hindu. Masjid Al Aqsa dahulu berperan penting dalam penyebaran agama Islam, khususnya di Pulau Jawa. Sengaja dibangun dengan gaya khas Hindu karena sebelum masjid ini didirikan, sebagian besar masyarakat Kudus masih menganut kepercayaan Hindu. Arsitektur bangunan mesjid ini pun dibuat untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu di Kudus.
Tidak hanya sebagai bukti akulturasi Islam-Hindu, sudut-sudut bangunan historial ini juga mengadopsi sejumlah kebudayaan dari penjuru dunia. Puluhan piring antik yang menghiasi dinding Menara Kudus konon merupakan keramik asli buatan pabrian China dan Vietnam di masa silam. Sementara batu-batu merah pada bangunan, merupakan batu yang diambil langsung dari Baitul Magdis di Palestina.
Simbol akulturasi yang ada di Masjid historial ini menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang bertoleransi tinggi dan mencintai kedamaian.
sumber http://hlowbos.blogspot.com/2012/08/lorong-menara-kudus-tempat-paling.html
Komentar
Posting Komentar